Dalam putusan terbaru, Pengadilan Rakyat Menengah Changsha di Provinsi Hunan, Tiongkok , telah menyelesaikan kasus penting yang melibatkan kontrak penambangan kripto yang curang senilai sekitar $230.000 (1,65 juta yuan).
Kasus tersebut, yang telah menarik perhatian besar, menyoroti implikasi hukum dan lingkungan dari aktivitas penambangan kripto di Tiongkok, menurut Cryptonewsz .
Kasus ini bermula pada bulan Mei 2021 ketika penggugat, Luo, menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Hunan untuk membeli lima server yang ditujukan untuk penambangan mata uang kripto.
Luo membayar penuh, tetapi perusahaan tersebut gagal mengirimkan peralatan dan sistem perangkat lunak yang dijanjikan. Selain itu, Luo tidak menerima pengembalian investasi apa pun yang dijamin oleh perusahaan. Akibatnya, Luo mengajukan gugatan untuk mengakhiri kontrak dan meminta ganti rugi.
Pengadilan Distrik Tianxin Kota Changsha memutuskan bahwa kontrak tersebut tidak sah, dengan alasan pelanggaran ketertiban umum dan moral yang baik.
Pengadilan memerintahkan perusahaan tergugat untuk mengembalikan 1,62 juta yuan kepada Luo, dengan pemilik perusahaan, Fan, bertanggung jawab bersama atas pembayaran tersebut.
Pengadilan juga mencatat bahwa kedua belah pihak bersalah, yang menyebabkan masing-masing menanggung kerugian sebesar 30.000 yuan.
Kasus ini menggarisbawahi meningkatnya pengawasan hukum seputar penambangan kripto di Tiongkok, khususnya setelah larangan perdagangan dan penambangan kripto pada September 2021 oleh beberapa otoritas Tiongkok.
Pengadilan menekankan bahwa konsumsi energi yang tinggi dalam penambangan kripto menimbulkan risiko lingkungan dan ancaman terhadap kepentingan nasional, yang memperkuat sikap negara terhadap aktivitas semacam itu.
Source : ultramining.com
Disclaimer: Informasi yang terkandung dalam artikel ini bukan merupakan saran investasi. Investor harus menyadari bahwa mata uang kripto memiliki volatilitas tinggi dan karenanya berisiko, dan harus melakukan penelitian sendiri.